Suara rintik hujan masih Terdengar hingga pukul 23.45 malam, entah kenapa hujan kali ini tak kunjung reda, padahal sudah hampir delapan jam hujan mengguyur daerahku, memang hujan saat ini tidak lebat melainkan hanya rintik rintik, namun hal itu yang membuat aku takut, karena nenekku bilang kalau hujan rintik rintik di malam hari dan tak kunjung reda, itu bisa mengundang kuntilanak berkeliaran, rasa takutku mulai bertambah ketika tepat pukul 00.00 WIB listrik tiba-tiba mati.
Kulangkahkan kaki untuk mencari lilin di meja belajarku. Setelah kucari cari, akhirnya aku dapatkan satu batang lilin dan satu pack korek kayu. Kunyalakan lilin tersebut, kini kamarku tak lagi gelap gulita lagi, setidaknya ada sedikit penerangan di kamarku, yaitu lilin. aku kembali merebahkan tubuhku di atas kasur, aku mulai menarik selimut bergambar bola yang baru kubeli minggu lalu, kupejamkan mataku dengan perlahan, tiba tiba terdengar suara orang mengetuk jendela kamar, Kulangkahkan kami sambil membawa lilin di tangan kananku menuju pintu. kubuka pintu dengan perlahan, dan ternyata tak ada seorangpun yang berada di depan kamarku, lalu siapa yang mengetuk pintu tadi? apakah ibuku? atau ayahku? atau mungkin itu…
“Ahh, Sudahlah mungkin ini hanya halusinasiku” Ucapku saat itu, sambil kembali menutup pintu kamar, dan kembali untuk tidur.
Baru saja aku duduk di kasurku, Suara ketukan kembali Terdengar, namun saat ini bukan di kamarku, melainkan di dapur. sengaja aku tidak membukanya, karena mungkin itu hanya halusinasi, tetapi lama kelamaan ketukan tersebut semakin keras, hingga membuat seluruh penghuni rumah terbangun, karena merdengar suara ibu, ayah, kakak dan adikku di dapur aku segera menghampirinya.
“Ada apa? mah.. pah..?” tanyaku sambil mendekati ibuku, “ini Rey, tadi kami denger gak ada yang ketuk pintu dapur?” Jawab ibuku sambil bertanya balik, “ooh, itu tadi aku denger, tapi aku gak buka, soalnya aku kira ini cuma halusinasiku, tadi di kamar aku juga ada yang ketuk bu, tapi setelah Rey buka, nggak ada apa apa” jawabku, “Jadi, yang tadi ketuk siapa?” Tanya ayahku, “Mmmm, Gak tau..” Jawab kami semua, “ya sudah, kalau gitu kita kembali ke kamar masing-masing ya!” perintah ayahku.
Kami pun berjalan kembali menuju kamar masing masing, namun aku urungkan niatku untuk kembali ke kamar. aku berjalan menuju kamar kakakku, Rangga. “kak, Rey tidur sama kakak ya..?” aku memohon kepada kakakku untuk mengizinkan aku tidur bersamanya, “Lo, takut ya..?” Tanya kakakku sambil menggodaku, “Ee.. enggak kok” jawabku gugup, “Jujur, kalo gak Jujur gue keluarin lo dari sini!” Paksa kakakku menyuruhku Jujur kepadanya, “Hhmmm, iya deh aku takut” Ucapku malu, “nah gitu dong, Dasar penakut!” Ejek kakakku.
“Eh, Lo tau gak ray, korban tabrak lari di ujung jalan itu?” Tanya kakakku dengan gaya bicara menakut nakuti, “Ya, Kenapa?” jawabku cuek, “Katanya, arwahnya itu gentayangan Jadi kuntilanak terus jalan menelusuri gang kita, dan balik lagi, sesekali ia mengetuk pintu rumah warga, termasuk rumah kita” Ucapnya dengan nada menakut nakuti, “Masa sih, Gak percaya” Ucapku sambil menutupi ketakutanku, dalam hati Jujur saja aku berfikir bahwa yang tadi mengetuk pintu itu adalah hantu yang kakak maksud, tapi aku tidak berani bicara langsung karena mungkin nanti kakakku bisa saja menakut nakutiku.
Tiba tiba “Tuk… Tuk.. Tuk..” Suara pintu di ketuk Terdengar, aku melihat wajah kakakku menjadi seperti orang ketakutan ditambah kakakku mulai menarik selimutnya, “haaahh, kakak takut yaa?” tanyaku, “Gak, Kakak cuma dingin” Jawabnya bohong, “Masa..?” tanyaku kembali, “eng..” Ucapan kakakku terpotong, “Teng, Teng, Teng..” Suara kaca jendela kamar kakak diketuk seseorang. kami semua panik dan takut “hiks.. hiks.. hiks.. Tolong.. Tolong..” Suara tangisan cewek di balik jendela kamarku, “kak itu siapa?” Bisikku, “mana gue tau” Jawabnya, “jangan jangan…” Ucapku, “Eh, lo intip aja siapa yang lagi nangis” perintah kakakku, “Hah!!, A..A..aku, kak kakak tau dong adik kakak penakut, jadi gak mungkin aku intip sendiri, kalo sama kakak pasti mau” Ucapku, “ya udah, sama kakak” Ucapnya, kami berdua berusaha membuka sedikiiit bagian gorden untuk mengintip siapa yang menangis, Gorden perlahan aku buka, dan ternyata itu adalah kuntilanak dengan satu mata, entah kemana mata yang satu lagi, “Hahhh” teriak kami kaget dan segera berlari menuju kamar mama dan papa.
“Adduuhh, apaan sih kalian?” Tanya ibuku, “ini ma, tadi kami lihat, cewek nangis, matanya hilang satu!!” jelas kakakku, “Masa sih?” Ucap papa tak percaya, tiba tiba jendela kamar mama dan papa pun di ketuk seseorang, setelah dilihat ternyata itu adalah cewek atau kuntilanak yang sama, kami semua berlari menuju kamar kakak, malam itu aku habiskan dengan ketakutan.
Keesokan harinya, Para warga geger dan resah dengan adanya hantu kuntilanak bermata satu, “Pak bagaimana ini pak!” ucap bu juleha, “Mmm, Bagaimana kalau kita panggil orang pintar” ucap pak RT, “betul itu betul!!” ucap semua warga. Pada malam harinya kami berkumpul di ujung gang yang biasanya warga banyak melihat penampakan kuntilanak, sang dukun datang dan memulai ritual, mulut sang dukun komat kamit baca mantra, Tiba tiba hadir kuntilanak bermata satu di hadapan kami, “hah” Para warga panik dan berusaha lari, tapi pak RT menyuruh kami untuk tenang “Tenang…” teriak Pria Separuh baya itu, Para Warga itu mulai tenang, “Krik.. Krik.. Krik..” Suara jangkrik Terdengar, Dan kuntilanak yang berada di hadapan kami mulai berbicara, “Jangan Takut, Aku hanya ingin meminta tolong kepada kalian, aku cuma ingin Tolong carikan mataku yang hilang!” Ucapnya, Perlahan Kuntilanak tersebut menghilang, setelah itu kami semua mencari mata sang kuntilanak yang hilang, setelah ketemu Pak RT mengembalikan mata tersebut di kuburan warga yang kecelakanan di ujung gang, Selepas kejadian itu, Warga menjadi tenang karena tidak ada lagi teror kuntilanak gentayangan.
“Rey, untung ya setanya udah ngilang, Kalo gak kakak gak berani pergi keluar rumah malem malem gini” Ucap kakakku, “kata siapa setannya udah gak ada?” Ucapku, “Hah?!” Sepertinya kakakku kebingungan, “Ituuuhhh…” ucapku sambil menunjukan selimut warga yang dicuci, “Aaaaaa….” Kakakku berteriak sambil berlari, “Hahahhahah” Tawaku puas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar